Jumat, 09 Maret 2012

oleh : Ustadz Afifi Abdul Wadud
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ، نَحْمَدهُ ونَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَن لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ )) [آل عمران: 102]. ((يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُواْ اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا)) [النساء: 1]. ((يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا )) [الأحزاب: 70 - 71].
أَمَّا بَعْدُ : فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيثِ كِتَابُ اللهِ، وَخير الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَة وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي اَلنَّارِ
Ma’asyirol muslimin, jama’ah sholat ied yang berbahagia….
Alhamdulillah, kita berkumpul di tanah lapang ini dengan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Kita tunaikan perintah dan Sunnah Rosul-Nya dengan kegembiraan hati. Karena memang di hari ini, Allah jadikan sebagai hari gembira bagi kaum muslimin setelah kita tunaikan kewajiban agung puasa sebulan penuh dan kita tutup dengan mengeluarkan zakat fithrah serta mengagungkan Allah ta’ala. Karena sesungguhnya ‘Iedul fithri adalah hari raya kaum muslimin sebagai hadiah dari Allah ta’ala, menggantikan hari raya-hari raya jahiliyah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى قَدْ أَبْدَلَكُمْ بِهِمَا خَيْرًا مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْر
“Sesungguhnya Allah tabarakawata’ala telah menggantikan bagi kalian keduanya (hari raya jahiliyah itu) dengan dua hari raya yang lebih baik darinya. Yaitu hari raya Iedul fitri dan hari raya kurban.” (Shahih, HR. Ahmad).
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar
Ma’asyirol muslimin, jama’ah sholat ied yang berbahagia…
Sungguh Ramadhan telah berlalu, telah berlalu pula segala keutamaan yang Allah adakan di bulan itu. Berbahagialah mereka yang menyambutnya dengan segala kesungguhan hingga berharap pahala yang melimpah dari-Nya. Dan hendaklah bagi mereka yang seperti itu tetap terus berdoa agar Allah limpahkan karunia istiqomah hingga bisa dia lestarikan sampai akhir hayatnya. Amiin…
Akan tetapi bagi mereka yang telah menyia-nyiakan Ramadhan hingga berlalu ramadhan itu. Dia tidak berbuat yang berarti, maka hendaklah dia menyesal… Namun demikian, janganlah dia berputus asa pula. Bertaubatlah… Sesungguhnya Allah buka pintu taubat-Nya hingga datang ajalnya.
Ma’asyirol muslimin, jama’ah sholat Ied yang dirahmati Allah…
Sungguh Ramadhan telah mendidik kita, melatih dengan semua ibadah yang diwajibkan dan disunnahkan menuju tangga-tangga ketakwaan kepada-Nya. Dengan puasa, qiyamullail, baca al-Qur’an dengan lafaz dan tadabbur… Sungguh semua amalan itu yang menuntun kita menuju garis hidup ketakwaan.
Untuk apa kita bertakwa?
Bila sekarang ini, ada di antara kita yang bekerja dengan segala semangat dan pengorbanannya. Kita selalu memeras otak untuk berfikir bagaimana meraih penghasilan. Sehingga kita korbankan waktu dan tenaga. Sementara di sisi lain, terkadang kita kesampingkan kepentingan keluarga karena harus kerja ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Semua ini kita lakukan supaya kita mendapatkan jaminan yang layak dan masa depan yang menggembirakan. Terpenuhi segala kebutuhan hidup kita, baik berupa sandang, pangan dan papan… Untuk ini semua kita rela mendahulukan banyak hal demi mulianya hidup dan masa depan kita dan anak cucu kita di dunia ini.
Ma’asyirol muslimin, jama’ah sholat Ied yang dirahmati Allah ta’ala
tahukah kita…? Sesungguhnya ada masa depan yang lebih harus menyedot perhatian kita semua…
Yang pertama, adalah hari-hari yang sangat menegangkan dan menakutkan karena kita akan menghadap Maha Raja Yang Adil lagi Berwibawa
يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
“Pada hari di saat manusia berdiri untuk menghadap Rabb alam semesta.” (QS. Muthoffifin: 6)
هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ (1) وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ خَاشِعَةٌ (2) عَامِلَةٌ نَاصِبَةٌ (3) تَصْلَى نَارًا حَامِيَةً (4) تُسْقَى مِنْ عَيْنٍ آَنِيَةٍ (5) لَيْسَ لَهُمْ طَعَامٌ إِلَّا مِنْ ضَرِيعٍ (6) لَا يُسْمِنُ وَلَا يُغْنِي مِنْ جُوعٍ (7)
“Sudah datangkah kepadamu cerita (tentang) hari pembalasan. Banyak muka pada hari itu tunduk terhina, bekerja keras lagi kepayahan, memasuki api yang sangat panas (neraka), diberi minum dengan air dari sumber yang sangat panas. Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar.” (QS. al-Ghosyiyah: 1-7)
Hari-hari yang kegoncangan fisik dan jiwa amatlah dahsyat
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ (1) يَوْمَ تَرَوْنَهَا تَذْهَلُ كُلُّ مُرْضِعَةٍ عَمَّا أَرْضَعَتْ وَتَضَعُ كُلُّ ذَاتِ حَمْلٍ حَمْلَهَا وَتَرَى النَّاسَ سُكَارَى وَمَا هُمْ بِسُكَارَى وَلَكِنَّ عَذَابَ اللَّهِ شَدِيدٌ (2)
“Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah segala kandungan wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras.” (QS. al-Hajj : 1-2)
إِذَا زُلْزِلَتِ الْأَرْضُ زِلْزَالَهَا (1) وَأَخْرَجَتِ الْأَرْضُ أَثْقَالَهَا (2) وَقَالَ الْإِنْسَانُ مَا لَهَا (3) يَوْمَئِذٍ تُحَدِّثُ أَخْبَارَهَا (4) بِأَنَّ رَبَّكَ أَوْحَى لَهَا (5) يَوْمَئِذٍ يَصْدُرُ النَّاسُ أَشْتَاتًا لِيُرَوْا أَعْمَالَهُمْ (6) فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ (7) وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ (8)
“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: “Mengapa bumi (jadi begini, pada hari itu bumi menceritakan beritanya. karena sesungguhnya Rabbmu telah memerintahkan (yang demikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS. az-Zalzalah : 1-8)
Hari-hari yang harta dan anak-anak tidak lagi ada gunanya, bahkan mereka akan saling lari melepaskan diri dari yang lainnya, bahkan mereka saling bermusuhan karena semasa hidup keakrabannya tidak ditegakkan di atas ketakwaan
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. as-Syu’ara’: 88-89)
يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ يُغْنِيهِ
“Dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkalala yang kedua), pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. dari ibu dan bapaknya, dari isteri dan anak-anaknya, Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang cukup menyibukkannya.” (QS. ‘Abasa: 33-37)
Hari-hari yang manusia tidak bisa lagi menebus adzab dan kesulitan yang melilitnya dengan segala dunia yang mereka miliki
وَلَوْ أَنَّ لِكُلِّ نَفْسٍ ظَلَمَتْ مَا فِي الْأَرْضِ لَافْتَدَتْ بِهِ وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَقُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
“Dan kalau setiap orang yang zalim itu mempunyai segala yang ada di bumi, tentu dia akan menebus dirinya dengan itu, dan mereka menyembunyikan penyesalannya ketika mereka telah menyaksikan azab itu. Kemudian diberi keputusan di antara mereka dengan adil, dan mereka tidak dizalimi.” (QS. Yunus: 54)
لِلَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمُ الْحُسْنَى وَالَّذِينَ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَهُ لَوْ أَنَّ لَهُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا وَمِثْلَهُ مَعَهُ لَافْتَدَوْا بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ سُوءُ الْحِسَابِ وَمَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمِهَادُ
“Bagi orang-orang yang memenuhi seruan Rabbnya, (disediakan) pembalasan yang baik. Dan orang-orang yang tidak memenuhi seruan Rabb, sekiranya mereka mempunyai semua (kekayaan) yang ada di bumi dan (ditambah) sebanyak isi bumi itu lagi besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan kekayaan itu. Orang-orang itu disediakan baginya hisab yang buruk dan tempat kediaman mereka ialah jahannam dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” (QS. ar-Ra’d: 18)
إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَمَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْ أَحَدِهِمْ مِلْءُ الْأَرْضِ ذَهَبًا وَلَوِ افْتَدَى بِهِ أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ وَمَا لَهُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan mati sedang mereka tetap dalam kekafirannya, maka tidaklah akan diterima dari seseorang di antara mereka emas sepenuh bumi, walaupun dia menebus diri dengan emas (yang sebanyak itu). Bagi mereka itulah siksa yang pedih dan sekali-kali mereka tidak memperoleh penolong.”
(QS. Ali Imron: 91)
يَوَدُّ الْمُجْرِمُ لَوْ يَفْتَدِي مِنْ عَذَابِ يَوْمِئِذٍ بِبَنِيهِ (11) وَصَاحِبَتِهِ وَأَخِيهِ (12) وَفَصِيلَتِهِ الَّتِي تُؤْوِيهِ (13) وَمَنْ فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا ثُمَّ يُنْجِيهِ (14) كَلَّا إِنَّهَا لَظَى
“Orang kafir ingin kalau sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab hari itu dengan anak-anaknya. Dan isterinya dan saudaranya. Dan kaum familinya yang melindunginya (di dunia. Dan orang-orang di atas bumi seluruhnya, kemudian (mengharapkan) tebusan itu dapat menyelamatkannya. Sekali-kali tidak dapat. Sesungguhnya neraka itu adalah api yang bergejolak.” (QS. al-Ma’arij: 11-15)
Ma’asyirol muslimin, jama’ah sholat ied yang berbahagia, dengan apa semua suasana ini kita bisa selamat, tebusan apa yang bisa kita gunakan untuk menghindari dari jeratan malapetaka yang tiada tara. Tidak lain kecuali takwa. Untuk hari-hari beginilah takwa kita butuhkan. Janganlah kita terpedaya dengan banyaknya orang yang lalai, yang tidak mempersiapkan diri
وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى
“Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. al-Baqarah: 197)
Kenalilah Kerangka anatomi takwa, jangan salah prioritas
Ma’asyirol muslimin, jama’ah sholat ied yang berbahagia, bila kita telah paham, bahwa takwa satu-satunya bekal penyelamat di hari yang dahsyat, maka ketahuilah bahwa takwa punya kerangka yang harus diperhatikan. Allah Rabbul a’alamin telah mengutarakan, bagaimana kehidupan dengan takwa yang sempurna dengan pohon yang sempurna
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Tidakkah kamu kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbnya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS. Ibrahim: 24-25)
Pohon yang terdiri dari:
• Akar, itulah akidah tauhid yang tidak boleh rusak
• Batang dengan percabangannya yang menjulang ke atas, itulah amal-amal sholih yang terangkat naik ke langit diterima Allah
• Buah-buah yang selalu keluar, itulah akhlak yang bisa dinikmati bagi kehidupan
Maka perhatikanlah tentang perumpamaan Allah di atas, lalu perhatikan penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang iman yang sempurna
الإِيمَانُ بِضْعٌ وَسَبْعُونَ أَوْ بِضْعٌ وَسِتُّونَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَدْنَاهَا إِمَاطَةُ الأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ وَالْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ الإِيمَانِ
“Iman terdiri dari tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utamanya ucapan la ilaha illallah dan paling rendahnya menyingkirkan gangguan yang ada di jalan. Dan malu itu sebagian dari iman” (H.R Muslim)
Ma’asyirol muslimin, jama’ah sholat ied yang berbahagia, renungkanlah!
Dari penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: bahwa iman itu meliputi segala cabang kehidupan kita yang lahir maupun batin. Dan iman itu ada pokoknya, ada cabang dan buah penyempurnanya. Maka jangan sampai hilang pokok/akarnya bila memang harus kehilangan cabang dan buahnya.
[a] Pokoknya iman dan taqwa: adalah Tauhid laa ilaaha illallah.
Hidup beribadah hanya kepada Allah, menjauhkan dan sama sekali tidak terlibat dalam segala praktek syirik / penyekutuan dalam beribadah kepada Allah.
Maka kenalilah banyak praktek kesyirikan yang sungguh bertebaran di sekitar kita!
• Berdoa kepada selain Allah, baik kepada nabi atau wali atau yang lain
• Terlibat dalam dunia perdukunan, dengan mendatangi dan membenarkan atau bahkan menjadi dukunnya.
• Mengagungkan kuburan sampai menyembahnya dengan bernadzar atau sesaji dengan sembelihan dan semisalnya.
• Ngalap berkah yang tidak ada tuntunannya, dll
[b] Jadilah mukmin yang bermanfaat, bukan muslim yang menimbulkan keresahan karena buruknya akhlaq. Sesungguhnya mukmin adalah mereka yang berusaha semaksimal mungkin memberikan rasa aman terhadap orang lain, baik dengan ucapan atau perbuatannya. Tidak berlaku zalim sekalipun terhadap orang kafir, selama mereka tidak mengganggu muslimin. Beginilah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada umatnya. Maka menebar teror yang meresahkan bukanlah ajaran Islam walau dinamai jihad. Akan tetapi hal itu merupakan warisan aliran Khawarij -salah satu kelompok sesat yang dikecam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam-.
[c][/c][/c] Jadikan rasa malu modal tersebarnya kebaikan
Karena hilangnya rasa malu, maka manusia menuju hidup ala binatang. Berbuat semaunya tanpa rasa malu. Malu adalah mahkota kehidupan.
Ma’asyirol muslimin, jama’ah sholat ied yang berbahagia.
Demikianlah, khutbah yang singkat ini. Semoga bermanfaat, dan semoga Allah menjaga kita semua sampai akhir hayat dalam keadaan istiqomah di atas agama yang benar dan berakhir dengan khusnul khatimah.
اللهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمَ وَبَارِكْ عَلَى إِمَامِنَا وَقُدْوَتِنَا محَمَّدِ بْنِ عَبْدِ الله، اللّهُمَّ ارْضِ عَنْ خُلَفاَئِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَن الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلى يَوْمِ الدِّينِ، وَارْضِ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
رَبّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا، وَإِنْ لمَ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ.
اللّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتي فِيْهَا مَعَاشُنا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنا الَّتي إِلَيْهَا مَعَادُناَ، وَاجْعَل الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا في كُلّ خَيْر، وَالموتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرّ، يا رَبَّ الْعَالَمِيْن.
اللّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ يا رَبَّ العَالَمِيْن! اللّهُمَّ آمِنَّا في أَوْطَانِنَا، وَأَصْلِحْ وَاحْفَظْ أَئِمَّتَنَا وَوَلاةَ أُمُورِنَا،
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، اللّهُمَّ وَفِّقْ الْمُسْلِمِيْنِ إِلى مَا تُحِبُّ وَتَرْضَى يا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ!
رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
والسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Disampaikan di Muntilan, pada hari Iedul Fithri 1430 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

penutup